Magnús Scheving

lazytownSingkat kata, orang ini menurut saya multi talenta. Apakah Magnús Scheving kecil memang sudah bercita-cita menjadi super hero atau juara senam sejak dulu? Pasti hanya dia yang tahu. Namun pria asal Islandia ini seakan memberikan bukti bahwa berpindah-pindah profesi itu adalah hal yang sangat mungkin. Kalau meminjam istilah Mas Amri, salah seorang guru saya, orang semacam ini benar-benar telah berhasil membuka gembok potensinya.

Tayangan The World’s Richest People beberapa hari lalu yang mengulas sosoknya menarik perhatian saya.  Memulai karir sebagai atlet senam, Scheving menunjukkan prestasinya dengan menjadi juara di negaranya Islandia di tahun 1992. Setahun sesudahnya ia kemudian terpilih menjadi juara senam Skandinavia. Kurun waktu 1994 – 1995 menjadi puncak karirnya sebagai pesenam karena Magnús Scheving berhasil menjadi juara Eropa selama dua tahun berturut-turut. Di tahun 1994 inilah ia pun terpilih menjadi atlet terbaik Islandia.

Continue reading

Kok namanya “TUTUP”?

Ketika melewati deretan meja customer service, si sulung tiba-tiba menarik tangan saya, seraya bertanya: “Loh kok yang itu namanya “TUTUP”? Sambil tangannya menunjuk ke sebuah meja di hadapannya

tutupAkhir pekan lalu saya mengajak anak-anak ke sebuah toko elektronik di kawasan ABC, Bandung. Pemilihan tempat ke sana sebenarnya hanya untuk memberikan variasi jalan-jalan untuk mereka yang selama ini lebih sering saya ajak berekreasi ke hutan.

Awalnya tak ada yang aneh. Seperti pada umumnya anak-anak yang lain, tentu banyak yang mereka tanya karena ingin tahu tentang sejumlah hal. Namun ada satu pertanyaan yang kemudian membuat saya tertawa.

Continue reading

Coretan Dinding Sang Bocah

Sore itu cukup kaget juga melihat pintu ruangan depan dan tembok di ruangan tv tiba-tiba sudah banyak coretan crayon dan kapur tulis. Ternyata ini ulah si sulung. Ketika saya tanya kepadanya kenapa pintu dan dinding dicorat-coret? Dia menjawab dengan sederhana: “Biar bagus, yah.” 🙂

Rasa kesal sih ada, tapi namanya juga anak-anak. Kalau dilarang khawatirnya akan menghambat kreativitas dan pengungkapan ekspresinya, karena aktivitas corat-coret ini sebenarnya merupakan salah satu cara untuk melatih motorik halus anak.

Sempat saya coba menawarkan kepadanya untuk mencorat-coret di buku gambar, namun dia kurang suka. Akhirnya saya mencoba menawarkan opsi lain kepadanya untuk memindahkan aktivitas menggambarnya itu ke kamar dia. Saya memberikan kebebasan kepada si sulung untuk mencorat-coret kamar sesukanya. Untunglah dia setuju. Deal!!

Alhasil kamarnya kini penuh dengan coretan dengan berbagai macam obyek yang aneh yang sulit dimengerti. Kadang saya sampai tertawa terbahak-bahak jika mendengar ceritanya yang lucu tentang gambar-gambar itu. Dia bilang pengguin Madagaskar lah, si Buzz dalam Toy Story lah, dan tokoh-tokoh kartun lainnya.

Yang pasti kini saya lega. Ruangan utama tidak dipenuhi hiasan crayon, spidol maupun kapur tulis, namun kreativitas sang bocah tetap berkembang.

Kuantar Dirimu Sampai Depan Pintu, Nak

Senangnya bisa mengantarkan lagi si sulung  ke sekolahnya. Maklum tak setiap waktu saya bisa mengantarnya. Aktivitas kerja terkadang memaksa saya untuk tinggal di luar kota beberapa hari dalam sepekan. Jadi ketika ada kesempatan, senangnya sungguh luar biasa.

Mungkin saya tak bisa seperti ayah yang lain, yang bisa mengantar anaknya setiap hari ke sekolah. Kendatipun begitu, saya masih merasa beruntung bila dibandingkan dengan teman-teman yang lain. Seorang kawan misalnya, dia baru bisa bertemu anaknya hanya pada Hari Sabtu dan Minggu saja. Kemudian ada juga kawan saya di Bekasi, yang setiap hari harus bergegas berangkat usai subuh, karena kantornya berada di Jakarta. Jangankan untuk mengantar anak sekolah, untuk mengajaknya bermain atau sekedar mengobrol pun susahnya minta ampun. Pasalnya ketika dia pergi anaknya itu masih tidur, dan ketika pulang pun anaknya sudah terlelap. Pergi dan pulang tak melihat matahari.

Masa kecil anak-anak itu singkat, dan tak akan pernah bisa kembali. Oleh karena itu, sungguh berbahagia jika kita bisa memaksimalkan waktu untuk memberikan perhatian kepada mereka.

Hari ini, kuantarkan dirimu sampai depan pintu kelas, nak! Semoga esok lusa masih ada kesempatan untuk ayah mengantarkanmu lagi.